Senin, 30 April 2012

CERITA DEWASA : " Dipake Dua Cowok "


Pak Togar lalu berkata, “Gini saja, bagaimana kalau kita pakai sebentar body Non buat biaya tutup mulut?” “Huh, dasar…cowok dimana-mana sama aja, selangkangan melulu isi kepalanya!” omelku dalam hati Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.
Setelah kupikir-pikir, akhirnya aku mengiyakan juga, daripada aku dipecat dari sekolah ini mending kurelakan tubuhku untuk kedua penjaga sekolah ini. Lagian aku sudah tidak perawan lagi dan termasuk gadis yang doyan ngesex. Tapi bercinta dengan kedua orang ini membuatku agak sedikit takut. Bagaimana tidak, Pak Togar berumur 40 tahun dengan tubuh tambun berambut cepak sudah agak beruban dan wajah mirip tukang pukul, sedangkan Kiryo baru berumur 24 tahun, tubuhnya kurus dekil, dengan jenggot kambing yang jarang di dagunya. Selain itu dari segi fisik, keduanya jauh dari ganteng. Tapi tak ada pilihan lain bagiku selain melayani nafsu mereka. Akhirnya aku menganggukan kepala yang disambut dengan tawa dari mereka. “Hehehe…cantik, sexy… wah beruntung banget kita Pak Togar!” kata Kiryo “Iya Kir, anak SMA pula.ha..ha…”sambut Pak Togar tertawa penuh kemenangan Kedua penjaga sekolah itu lalu mendekatiku. Pak Togar langsung melumat bibirku sebelum aku sempat protes dan berkelit, sedangkan si Kiryo meraba-raba dadaku yang kiri dari luar.

Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, Pak Togar makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya ikut meremas-remas payudaraku yang kanan. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta. Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk membawa diri mengikuti arus permainan. Dengan kuluman lidah Pak Togar yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangan mereka pada payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Pak Togar mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan diri menggerakkan tangan memeluk kepala Pak Togar. Sementara di bawah sana kurasakan sebuah tangan kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, di sana Kiryo mulai menyingkap rok SMA ku dan merabai pahaku yang putih mulus.

“Mulus banget pahanya Non…bikin gemes aja..nih…he..he..” sahut Kiryo sambil tangannya makin merayap naik hingga selangkanganku. Pak Togar lalu melepaskan ciumannya dan berkata : ”Gua juga jadi penasaran ini dengan teteknya. Semulus pahanya ga? Hahaha…” Pak Togar lalu beralih dadaku. Seragam SMAku yang agak ketat disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH hitam, itupun juga langsung diturunkan hingga dadaku terekspos di hadapan mereka. “Wow teteknya montok sekali, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya. Seperti yang aku katakan, untuk ukuran anak SMA seusiaku, ukuran dadaku cukup besar dengan puting berwarna merah kecoklatan. Kiryo juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Togar sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Kiryo yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras.
Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas. Melihat aku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga dapat kurasakan angin membelai kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Kiryo menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan mulai mengobok-obok di dalam sana. Tangan Pak Togar yang lainnya merayap turun mengelusi belakang pahaku hingga mencengkram pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Vaginaku terasa semakin becek karena gesekan-gesekan dari jari Kiryo, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan daging kecil yang tak lain adalah klitorisku. “Ohhhhh…..Bang…….auw!!” desahku. Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menjarah tubuhku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Kiryo meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.
Ukurannya lumayan jadi juga, walaupun perawakannya kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar sehingga membuatku terhenyak. “Waw…keras juga, gede lagi” kataku dalam hati saat menggenggam penisnya yang memang panjang itu. Aku mulai mengocoknya perlahan sesuai yang diperintahkannya, terasa benar benda itu makin membengkak saja dalam genggamanku. Tak lama kemudian, Kiryo menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan kewanitaanku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku. “Asyik nih, siang ini kita bisa ngentot cewek cantik” celoteh Kiryo sambil meremasi bongkahan pantatku yang membulat indah itu. “Iya…dari dulu saya sudah naksir berat sama si Non Erlina ini, soalnya udah kece, suka pake baju seksi pula. Ga nyangka akhirnya ada kesempatan kaya gini…hehe” timpal pak Togar. Dia langsung membuka baju dan celananya hingga telanjang.
Masih sambil dengan berpegangan di tembok, kugerakkan mataku memperhatikan burungnya yang baru dikeluarkan dari sangkarnya. Wow…aku membelalakkan mata tak berkedip, soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Kiryo tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai cendawan. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya. Sumpah deh…penisnya ini mengalahkan semua teman-teman kencanku. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Bahkan mengalahkan penis Tarjo pembantuku sendiri. (sebagai informasi aku pernah ML dengan pembantuku yang bernama Tarjo. Di lain kesempatan, akan kuceritakan pengalamanku itu). Aku berhenti menatap takjub saat Kiryo mulai menurunkan celana dalamku. Disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan. Posisiku yang sedikit menungging mengakibatkan vaginaku terpampang di hadapan mereka.
Mata mereka seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rok abu-abuku yang terangkat hingga pinggang. Kiryo mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berdiri. Dengan lembut dia membelai permukaan vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu meremas-remas dadaku. “Sshh.. Bang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku. “Tenang Non…saya gak bakal kasar kok, dijamin enak ngentot sama si ganteng Kiryo!” kata Kiryo memuji diri tanpa tahu kondiri dirinya, ia juga terus merayu sambil mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya. Aksi Kiryo berhenti ketika Pak Togar meletakkan sebuah kursi panjang di tengah toilet. Kursi panjang itu biasa digunakan untuk duduk jika sedang ngantri mau ke toliet. Pak Togar lalu memberi isyarat agar Kiryo menelentangkan tubuhku di atas kursi itu. Sekarang aku terbaring telentang di atas kursi itu dengan Kiryo berada di antara kedua pahaku.
Dia membentangkan pahaku lebar-lebar membuatku malu dan menutupkan tanganku di vaginaku. Dengan gemas dia membentangkan tanganku lagi. Pak Togar lalu mendekat dan berkata : ”Non Erlina, dari dulu saya pengen suatu saat nanti agar kontol saya bisa ngerasian bibir Non. Eh, akhirnya kesampaian juga. He.he..” katanya sambil tertawa, “sekarang ayo buka mulutnya Non!” perintah Pak Togar setengah menghardik. Hal itu membuatku takut. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. “Ayo non, emutin kontol Pak Togar tuh, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non!” kata Kiryo menimpali. aku tak punya pilhan lain. Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
“Uaahh.. uueennakk banget, Non Lina udah pengalaman yah?” ceracau Pak Togar menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku. Di bawah sana, kurasakan Kiryo mulai menjilati pahaku yang putih mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku. Aku makin bersemangat mengoral penis Pak Togar saking nikmatnya yg kurasakan. “Wah, makin gatel nih Non Lina. Awas…kontol saya jangan sampai digigit ya. ohhhh…ohh….” kata Pak Togar. Sambil mengoral penis Pak Togar aku menjambak rambut si Kiryo yang sedang menyeruput vaginaku. Aku benar-benar sudah terbuai dalam kenikmatan birahi.
Sebentar lagi aku akan mencapai puncak kenikmatan. Tidak sampai lima menit, tubuhku mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Kiryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku Badanku lemas, dan kulepaskan mulutku dari penis Pak Togar. Pak Togar nampaknya mengerti dengan kondisiku sehingga dia tidak memaksaku mengoral penisnya lagi. “Emang enak ya cairan pejunya cewek SMA” sahut Kiryo kepada Pak Togar. “Tunggu sampai lu rasain sepongannya deh Kir…pokoknya maknyus deh! Non Lina udah pengalaman yah?” kata Pak Togar. “Benar tuh Pak…anak-anak SMA sekarang kan doyan ngentot. Hehehehe…” Aku hanya mengatur nafasku sambil memejamkan mata mendengar olok-olok mereka. Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, aku mulai merasakan ada jari yang merenggangkan vaginaku, kemudian disusul dengan sebuah benda keras yang menyeruak masuk. Benda itu adalah penis Kiryo, ia sepertinya buru-buru sekali ingin menikmati vaginaku.
Aku membelalakkan mata menahan nyeri ketika penisnya menerobos vaginaku. Penis besar itu kesulitan menjebol vaginaku yang masih sempit itu. Kepala penisnya yang besar itu menggesek klitoris di liang senggamaku hingga aku merintih antara sakit dan nikmat. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku. Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku. aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. “ahh……….bang…….stop…….ahhhhhhh…….sakittttttt…pelan dikithh!!” aku melolong panjang menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Perasaan perih bercampur nikmat tersebut membuat badanku mengejang beberapa detik. “Oohh.. Non Lina sayang…peret banget.. memekmu.. enaknya!” ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Kiryo menyetubuhiku dalam posisi doggie di atas lantai toilet, alat kelamin kami yang bertumbukan menimbulkan bunyi plok-plok-plok. Aku sungguh larut dalam kenikmatan ini dan tak bisa menahan desahanku. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Kiryo yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami. Pak Togar tidak menyia-nyiakan mulutku yang mengap-mengap dan terbuka lebar. Ia berlutut di hadapanku dan dijejalinya penisnya ke mulutku sehingga teriakanku tersumbat. Kiryo makin brutal menyodok-nyodok vaginaku. Sambil menyodok, kepalanya merayap ke payudaraku dan tangannya sesekali menampar bongkahan pantatku karena gemas.
Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan bernafsu, kocokan dan kulumanku pada penis Pak Togar pun makin bersemangat. Rupanya teknik oral seksku telah membuat Pak Togar ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat seolah tidak rela melepaskannya. Bahkan sesekali dia menjambak rambutku ketika aku menggigit pelan batangnya. Penisnya yang besar itu menyesaki mulutku yang mungil itu pun ada sisanya karena tidak tertampung semua. Hal itu membuat aku susah bernafas. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Aku mencoba mengikuti ritme genjotan mereka hingga pelan-pelan akupun mulai terbiasa, serasa terbang melayang-layang aku dibuatnya hingga akhirnya tubuhku menggelinjang. Aku mau menjerit tapi mulutku tersumbat oleh penis Pak Togar. Bersamaan dengan itu pula genjotan Kiryo terasa makin bertenaga.
“Non…neng saya keluar nih !” erangnya panjang sambil meringis. Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat. Kami mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Aku melepaskan penis Pak Togar dari mulutku dan mengambil udara segar. Tubuh telanjangku terbaring lemas di kursi panjang itu. Lelah sekali persetubuhan liar barusan. Kurasakan punggungku sakit karena bergesekan dengan kursi panjang itu. “Hehe…liat nih Pak Togar, akhirnya saya bisa juga numpahin peju ke memek bidadari sekolah kita” kata Kiryo membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya dengan bangga. “Ngehek juga kau Kir, kenapa pula jadi kau yang duluan ngetotin dia. Kan harusnya saya sebagai yang lebih tua darimu”. kata Pak Togar sewot. “Aduh maaf Pak. Habis saya gak tahan tadi. Soalnya Non Lina ini udah dari dulu pengen saya entotin.
He..he… Kalo saya ngocok pasti selalu ngebayangin dia. Jadi mengertilah Bang. He,,he,,” kata Kiryo sambil cengengesan. Pak Togar lalu mendekatiku. “Non Lina, bisa ga Bapak tusuk sekarang? udah ga tahan daritadi belum rasain memeknya Non, boleh kan?” kata Pak Togar sambil mengangkat tubuhku. Aku tahu itu hanya basa-basi, sebab jika aku menolak sekalipun dia pasti akan tetap melakukannya. Maka, walau masih lemas banget, tapi kuanggukan kepala mengiyakannya. “Tapi pelan-pelan ya…masih cape nih” kataku sambil menatap ngeri ke penis supernya yang sudah menegang maksimal. Dia nampaknya senang, karena sebentar lagi akan merasakan kenikmatan gadis muda. Diangkatnya tubuhku lalu digiring ke arah wastafel lalu aku disuruh berbalik dan tanganku bertumpu pada wastafel. Sekarang aku dapat melihat diriku melalui cermin di hadapanku dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. “Bener-bener body yang top!” pujinya sambil meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya.
Saat tangannya mengelus kemaluanku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah terlarang itu. Lewat cermin kulihat dia mulai mempersiapkan penisnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir vagina dan anusku. Kemudian dia menyelipkan penisnya di antara selangkanganku lewat belakang. Tanpa buang waktu lagi, Pak Togar mendorong penisnya pada vaginaku. Walaupun sudah becek oleh lendirku, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. “Benar juga katamu Kir…sempit banget…enak…ohh” sahut Pak Togar. Dia pasti tak habis pikir bisa menikmati gadis SMA sepertiku. Kedua bandot ini memnag sangat beruntuk bisa menikmati tubuhku dengan gratis. Tapi setelah kupikir-pikir toh aku juga menikmatinya. Permainan mereka telah berhasil menggali sisi terliar dalam diriku. Tak dapat kusangkal bahwa aku sangat menikmati persetubuhan ini.
“OH…pak terus….entot aku!!” desahku tanpa malu-malu lagi. Cermin di depanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangan kasar itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya putingku yang sudah mengeras. “Suka ga Non Lina bapak ginikan?” tanyanya sambil terus menggenjot dan mempermainkan payudaraku. Nampaknya dia senang melihatku tersiksa seperti ini. ”Aahh.. iya…suka…” desahku tak tertahankan. Pak Togar menimpali jawabanku dengan berkata pada Kiryo : “Lu denger Kir? Katanya dia suka. Hahaha….” “Hajar aja terus memeknya Pak. Udah gatal dia itu….hahahahahah..” kata Kiryo. Kiryo menontonku sedang bersetubuh dengan Pak Togar sambil duduk merokok di bangku panjang. Pak Togar makin bersemangat saja menyetubuhiku. Tusukan-tusukan penisnya seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari vaginaku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah mencapai orgasme.
Tadinya kukira dia juga akan segera memuntahkan spermanya, ternyata aku salah, penisnya masih begitu keras dan dia masih kuat menggenjotku tanpa mempedulikan kondisiku yang mulai kepayahan. Rambut panjangku dijambaknya sehingga kepalaku terangkat, kembali kulihat adeganku melalui cermin dimana tubuhku yang telah mandi keringat tergoncang-goncang, nampak pula payudara terayun kesana-kemari. Sudah seperempat jam berlalu, selama itulah aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan orgasme, justru nafsuku mulai bangkit lagi. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas penisnya, aku sudah siap menerima semprotan spermanya, namun…ooohh..tidak! penis itu masih mengacung dengan gagahnya. Dia lalu duduk di kursi panjang tadi, “Sini Non, kita main pangku-pangkuan!” suruhnya seraya menepuk paha. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, tanpa malu-malu lagi aku melingkarkan tangaku di pundaknya.
Akupun dengan senang hati menuntun penisnya memasuki milikku, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih aktif bergoyang. Setelah menurunkan tubuhku hingga penisnya amblas ke dalam vaginaku, aku pun mulai bergoyang di pangkuannya. Pak Togar pun membalas gerakkanku dengan menyentak-nyentak pinggulnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Kedua tangannya menggerayangi tubuhku terutama payudara dan punggung. “Ohhh.oohhhhh……ohhhh.” hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Togar mengerang karena penisnya terasa diplintir. Wajahnya dibenamkan pada belahan dadaku, putting kiriku disedot dan dikulumnya dengan rakus. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan. “Uuugghh…oohh…memek SMA enak banget, nngghhh…memek anak..sma..!!”. Kiryo menonton adegan kami sambil mengelus-elus penisnya, dia ingin memancing adik kecilnya untuk `bangun`. “Ayo…goyang Non…oohh!” Pak Togar sepertinya ketagihan dengan goyanganku.
Tangannya tetap meremas-remas dadaku, bahkan sesekali mulutnya menggigit payudaraku. Kontan aku menjerit-jerit makin kuat. Jeritanku membuat Pak Togar makin bernafsu begitu juga Kiryo, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia mendekat dan berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku. Dia mengelus-eluskan benda itu pada pipiku yang halus. “Emut non…ayo buka mulutnya!” sambil mengarahkan batangnya ke mulutku yang mendesah-desah. Dengan setengah memaksa dia menjejalinya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, ntah kenapa aku tidak merasa jijik. Malah kupakai ujung lidahku untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Hal itu membuat Kiryo blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Togar. ”ah uh ah….hhhhh………”suara-suara itu membahana di kamar mandi itu. Untung suasana sekolah sudah sepi kalau tidak bisa berabe.
Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap penis Kiryo makin keras hingga membuat batangnya menegang maksimal. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dia sangat pandai meremas-remas titik sensitifku, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah di ambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Pak Togar menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. “Aaaahhhhh….hhhhhhhh!!!!” desahan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langit-langit kamar mandi sehingga penis Kiryo yang sudah menegang maksimal lepas dari bibirku. Aku dan Pak Togar orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalam rahimku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku. Aku ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak Togar.
Dia peluk tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup keringat yang mengucur. Aku merasakan kehangatan dalam dekapan pria itu. Tanpa memperdulikan tubuhku yang lemas Kiryo langsung mengangkat tubuhku dari Pak Togar. Dia lalu membuatku menungging diatas lantai dengan tangan bertumpu pada kursi panjang itu. “Mau ngapain lagi sih Bang?” tanyaku. “udah dulu dong, Lina dah cape nih” keluhku yang tidak dipedulikannya. Dia menepuk-nepuk pantatku yang montok. Dia kemudian meludahi bagian duburku beberapa kali. lalu digosok-gosokkan dengan jarinya ke daerah itu. Aku memejamkan mata dan berharap semoga dia tidak menyerang anusku, karena aku sudah membayangkan ngerinya kalau batangnya itu membobol pantatku yang masih perawan. Aku belum pernah anal seks sebelumnya dan tidak punya keinginan untuk melakukannya karena membayangkannya juga sudah sakit. Sunguh aku lemas jika membayangkan rasa sakit jika penisnya menusuk-nusuk anusku seperti menusuk-nusuk vaginaku. Belum habis aku berfikir aku dikejutkan oleh sebuah benda lonjong di bibir lubang anusku.
Aku pun kontan menarik pantatku. Tapi Kiryo malah menarikku. Aku terkejut dan mencoba berontak “Jangan bang…jangan di situ…. Sakit!” ibaku. “Tahan Non, masih baru emang sakit, tapi ntar pasti enak kok” katanya dengan tenang. Aku masih meronta-ronta tapi Pak Togar memegangi tubuhku. Nampaknya dia memberi kesempatan bagi Kiryo menikmati anusku. Dia perlahan-lahan mendorong penisnya masuk ke anusku. Anusku pun kontan mengerut. Dia masih terus berusaha melicinkan jalan penisnya. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya ia berhasil memperawani anusku. Aku memeluk tubuh Pak Togar karena saking perihnya baru pertama kali ditusuk bagian sana. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas. “Auhhh….sakit…” Aku menjerit keras saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Aku tidak bisa melukiskan rasa sakit yang aku rasakan.
Tanpa menghiraukannku dia tetap mengengot duburku. Untuk merangsangku, Pak Togar meraih kedua payudaraku yang bergoyang dan diremas-remasnya dengan lembut. Tapi remasannya kalah dibandingkan rasa sakit yang kuterima. “pak..u..da..ah….Erlina..sa..kit” jeritku panjang. Keringat dan air mataku bercucuran. Jeritanku itu bukannya membuatnya kasihan malahan membuatnya makin bernafsu. Dengan keras dia sodok-sodokan penisnya dan pantatku yang mulus itu diremas-remas dengan brutal. Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan. Lambat laun mulai kuraskan nikmat sedikit. Tapi walaupun begitu air mataku tetap bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir untuk meredam jeritanku. “aduh, sempit banget nih pantat.” desahnya sambil terus menggenjotku. “Udah bangsat. Hentikan. Sak…..it…..” kata-kata kasar keluar dari mulutku, tapi dia bahkan tidak peduli.
Aku terus memaki dan memakinya agar berhenti. Untuk meredam suaraku Pak Togar lalu mamasukkan penisnya ke mulutku dan memaksaku mengemutnya. Dia bahkan mulai kasar dengan menjambak rambutku. Aku tak punya pilihan lain selain mengoralnya. Hitung-hitung pengalih rasa sakit vaginaku. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat pemiliknya medesah-desah. Walau masih lengket-lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku. Tiba-tiba Kiryo melingkarkan kedua lengannya ke ketiakku dan menarik bahuku. Kedua lenganku sekarang terkunci oleh lengan Kiryo dan terentang ke samping, membuatku terpaksa melepaskan kulumannya pada penis Pak Togar. Dalam posisi seperti itu Kiryo kemudian menarik tubuhnya sehingga kami berdua terlentang di lantai kamar mandi itu dengan posisi tubuhku ada di atasnya. Melihat hal itu, Pak Togar ikut maju, dipentangkannya kedua belah pahaku dan ditekuknya ke arah samping sehingga mengangkang seperti kodok, membuat vaginaku terkuak lebar.
“Oohhh… janganh.. ahhh…hentikan……….”Aku berteriak takut saat menyadari apa yang akan dilakukan oleh Pak Togar. Pelan-pelan Pak Togar mula mendekatkan penisnya ke vaginaku. Aku berontak menyadari bahwa akan ada 2 penis besar dironggaku. Pasti sangat sakit pikirku. Tapi aku tak bisa berbuat banyak karena Kiryo memegangi tubuhku hingga aku tak bisa bergerak. “AAHHHHHKKK…am…pun………….nnnnn……..” aku menjerit saat penis Pak Togar menembus liang vaginaku. Sekarang dua batang penis besar memasuki tubuhku dari depan dan belakang. Aku meronta-ronta hebat saat secara bergantian Kiryo dan Pak Togar menggenjot tubuhnya. Tubuh ku mengeliat-liat di dalam himpitan kedua penjaga sekolah buruk rupa itu. Dan sambil menggenjot vaginaku, Pak Togar juga sibuk menciumi dan melumat bibirku. Aku merasa tersiksa dihimpit kedua penjaga sekolah brutal ini, tapi sebenarnya Aku juga merasakan sebuah sensasi hebat yang bergolak dari dalam tubuhku, bagaikan api besar yang membara dan meledak-ledak, membuatku akhirnya tenggelam dalam permainan seks bertiga itu.
Apalagi ternyata Kiryo dan Pak Togar sangat lihai dalam urusan seks, membuat sensasi dalam tubuhAku meledak. “aahhh… ahhhh… mau nyampe…….. oohhh… udaaaahhh… oohhh… udaaahhh…”Aku merintih-rintih merasakan orgasmenya setiap saat bisa meledak. Tapi kelihaian Kiryo dan Pak Togar dalam bersenggama membuat mereka bisa menahan orgasmeku. Mereka tidak ingin Aku selesai dengan mudah. Setiap kali Aku akan meledakkan orgasmenya, setiap kali pula mereka menghentikannya dengan bermacam cara, seperti dengan menghentikan genjotan penisnya, atau menjambak rambutku sampai kesakitan dan melupakan dorongan orgasmenya. Aku benar-benar dibuat takluk oleh kedua penjaga sekolah itu. Kurasakan wajahku panas merasakan sensasi orgasmenya berulang kali berhasil digagalkan. Entah berapa lama tubuhku berada di dalam himpitan dan genjotan kedua penjaga sekolah itu.Aku sendiri sampai terlalu payah untuk merintih, tubuhnya sekarang hanya tergetar dan menggeliat setiap kali hendak orgasme. “Gimana rasanya dikeroyok kaya gini Non Erlina? Ngomong dong..” kata Pak Togar sambil terus menggenjot vaginaku.
“Eeegghh… ennaaakkk… Oohhhh… Nikmathh… Ahhhhh…..” jawabku sambil membiarkan kedua puting payudaraku dijilat dan digigit kecil oleh Pak Togar. “Apa Non mau lain kali ngentot bareng kita lagi?” tanya Kiryo dari belakang. “Ehhkkhh…. iyaahhh… mauuhhh… oohhh…” aku menjawab asal saja. Mendengar hal itu Kiryo makin bersemangat menggenjotkan penisnya di anusku. Hal itu berlangsung sekitar 15 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Togar erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan mereka. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Togar, dan Kiryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku.
Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap. Tanpa disadari, ada seseorang di luar sana yang telah mengetahui perbuatan mesum kami di toilet ini. Tiba-tiba saja pintu terbuka dan orang itu masuk “Hei, apa-apaan kalian? Ini sekolah, bukan tempat untuk main gila!” bentaknya Tentu saja kami pun terkejut dan melihat ke arah Ms. Alice, guru Bahasa Inggris yang berasal dari Amerika itu, berdiri berkacak pinggang dengan muka yang marah. Perlu diketahui bahwa sekolahku adalah sekolah internasional jadi tidak heran ada beberapa guru native yang mengajar di sini. Ms. Alice adalah seorang wanita berumur 24 tahun, berambut merah pendek dengan tubuh terbilang jangkung kalau dibandingkan tinggi badan wanita Asia pada umumnya. Ia sudah dua tahun di Indonesia sehingga sudah cukup lancar berbahasa Indonesia. Aku yang masih kaget buru-buru metutupi dadaku yang telanjang dengan kedua lengan. Mata Ms. Alice terpaku melihat melihat batang kemaluan kedua pria itu yang setengah ereksi itu.
Melihat reaksi Ms. Alice yang terdiam dan matanya mengarah pada kemaluan pria itu, Pak Togar timbul nyalinya untuk maju mendekati Ms. Alice, matanya menatap mata hijau wanita bule itu dengan tajam. Aneh, Ms. Alice yang tadinya tampak galak tiba-tiba terdiam dan melangkah mundur setengah langkah. Tanpa aba-aba, Pak Togar menarik lengan Ms. Alice dan dengan cepat mendekap tubuhnya. “No…tidak…mmmhhh!” sebelum Ms. Alice menyelesaikan kata-katanya bibirnya sudah lebih dulu dilumat dengan ganas oleh Pak Togar. Ms. Alice berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuh penjaga sekolah itu, tetapi tenaganya tentu kalah dibanding pria itu. Pak Togar menyibak rok Ms. Alice hingga terlihat pahanya yang jenjang dan putih mulus, tangan kasar itu langsung menggerayangi kemaluan Ms. Alice dari luar celana dalamnya. Mereka bergumul beberapa saat hingga akhirnya dorongan tangan Ms. Alice mulai berubah menjadi pelukan dan elusan liar, ia mulai membalas cumbuan Pak Togar dan bermain lidah dengannya.bertarung dan tangan Ms. Alice meraih penis Pak Togar.
Ciuman mereka terpisah beberapa saat untuk mengambil nafas. “Puasin saya Pak…yah setubuhi saya dengan your big cock!” pinta Ms. Alice dengan suara lirih, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Pak Togar menurunkan celana dalam Ms. Alice lalu melepas bajunya dengan kasar. Ms. Alice agak kaget tetapi diam saja. Batang kemaluannya yang dari tadi dielus-elusnya itu kini digesek-gesekkan oleh Pak Togar di selangkangannya. Ms. Alice menyandarkan punggungnya ke tembok dan mulai mengerang keenakan. Aku pun kembali merasakan seseorang meremas-remas buah dadaku dari belakang, ternyata Kiryo yang nafsunya bangkit lagi siap untuk memulai babak berikutnya. Aku pun melingkarkan tangan memeluk lehernya, kutengokkan wajah ke samping dan ia menyambut bibirku, kami kembali berciuman. Penisnya yang sudah bangkit lagi bergesekan dengan belahan pantatku. Kulihat di sudut sana, Ms. Alice pun mulai mengerang dan mendesah, tangannya membuka kait branya sendiri lalu menurunkan cupnya sehingga payudaranya pun terkuak. Pak Togar langsung memainkan buah dada wanita bule itu dan mereka pun berciuman dengan panas.
Setelah beberapa saat saling merangsang, Pak Togar membawa Ms. Alice ke bangku panjang dan membaringkannya telentang di atasnya. Kemudian mulailah ia memasukkan batang kemaluannya yang sudah siap tempur itu ke dalam liang kemaluan Ms. Alice. Sodokan-sodokan pertama dimulainya dengan pelan-cepat pelan-cepat dengan ritme yang secara random. Ms. Alice mendesah dan menggumam dalam bahasa Inggris menerima sodokan-sodokan penis pria itu. Sementara tubuhku juga telah kembali bersatu dengan Kiryo, sambil mendekapku dari belakang ia memasukkan penisnya ke vaginaku, tubuhku dibungkukan ke depan membentuk sudut 90 derajat dan ia memegangi kedua pergelangan tanganku. Ia pun memulai genjotannya terhadap vaginaku. Dalam posisi begini kedua payudaraku nampak jelas sekali berayun-ayun mengundang selera. “Uuugghhh…asoy nih, memek bule, sedappphh!” ceracau Pak Togar sambil terus menggenjot vagina Ms. Alice dengan berpegangan pada kedua pergelangan kaki wanita itu. Ms. Alice terlihat pasrah, tubuhnya yang sudah telanjang bulat tersentak sentak di atas kursi panjang itu.
Aku melihat jelas vagina Ms. Alice yang bulunya juga kemerahan itu diterobos penis pak Togar yang besar dan berurat. Desahan pelan yang seksi dari guru Bahasa Inggrisku itu membuatku panas dingin menyaksikannya. Ms. Alice sama sekali tak terlihat diperkosa, bahkan dengan penuh penyerahan ia menyambut setiap tusukan pak Togar dengan sedikit mengangkat pinggulnya, nampaknya ia sudah lama tidak menikmati kenikmatan seks sehingga sekarang demikian larut di dalamnya. Sepuluh menitan kemudian mereka berganti posisi, kini Pak Togar telentang di bangku panjang dan sebelum ia sempat meminta, Ms. Alice sudah lebih dulu meraih penis besarnya dan menjilatinya dengan bernafsu. Wajah Ms. Alice nampak liar ketika menjilati penis itu sambil mengocoknya persis seperti artis-artis porno di film-film produksi Vivid dan Private, berbeda sekali dengan kesehariannya ketika mengajar di kelas yang anggun dan keibuan. Sedangkan aku kini sedang disetubuhi Kiryo dengan punggung bersandar ke tembok dan kedua kakiku diangkat olehnya, ternyata kurus-kurus begini kuat juga dia menopang tubuhku.
Penisnya menghujam-hujam vaginaku, terkadang bibir kami bertemu dan saling bermain lidah. Aku sudah benar-benar mandi keringat karena sudah bergulat sejak tadi, tapi herannya kedua orang ini sepertinya belum puas juga mengerjaiku apalagi sekarang ditambah Ms. Alice. “Aahh..ahhh…kuat banget sih Bang, mau sampe kapan nih?” desahku di tengah pergumulan kami “Hehehe…mumpung dapet rejeki Non, kapan lagi bisa gini, makannya kudu dipuas-puasin sekarang…huuhhh….uuhh!” jawabnya tanpa menghentikan genjotan “Enngghh…Bang…” aku melenguh keenakan ketika tiba tiba penisnya menyodok dalam-dalam. Cairan cintaku yang sudah kembali meleleh melumasi vaginaku membuat sodokan itu terasa begitu nikmat. Apalagi urat urat yang menggerinjal itu berdenyut denyut, membuat aku kehilangan kontrol dan mulai menggerakkan pinggulku menyambut tiap genjotannya. “Enak kan Non?” tanya Kiryo dengan senyum mengejek. “Iyah Bang… enakkhh.. ooohh” jawabku yang sedang dimabuk birahi. Dalam diriku sekarang ini hanyalah mengejar orgasmeku, tak kuperdulikan celotehan Kiryo yang mengejekku dengan cara menirukan desahan, erangan dan lenguhanku.
Aku menggerakkan mata ke arah bangku panjang, ternyata mereka sedang bergaya 69. Pak Togar sedang asyik-asyiknya menjilat dan mencucuki vagina Ms. Alice yang di atas tubuhnya, ia membenamkan wajahnya pada vagina berbulu kemerahan itu seolah mau melahapnya. Ms. Alice dengan badan menggeliat-geliat menahan nikmat juga tidak kalah agresif mengoral penis penjaga sekolah itu sehingga pria itu melenguh nikmat dan berkelejotan. Setelah itu Ms. Alice melanjutkannya dengan naik ke penis Pak Togar, setelah menempelkan kepala penis itu pada bibir vaginanya, Ms. Alice menurunkan tubuhnya dan blesss…penis Pak Togar pun terbenam dalam vaginanya. Ia mulai menaik turunkan tubuhnya hingga vaginanya terpompa oleh penis itu. Pak Togar dibuatnya kelabakan dan mengerang ngerang dengan goyangan tubuhnya yang ganas. Kiryo sudah hampir selesai denganku, ia sudah mau keluar. Sebelum ngecrot ia menurunkan tubuhku dan menyuruhku berlutut. Di depan wajahku ia kocok penisnya dan crottt…croott…spermanya muncrat diiringi erangannya. Wajahku pun basah karena cipratan cairan putih kental itu.
Aku membuka mulut menyambut cipratan sperma itu, setelah semprotannya melemah, kuraih benda itu dan langsung kumasukkan mulut dan kuemuti dengan nikmatnya penisnya yang mulai lembek bercampur sperma dan cairan kewanitaanku itu. Kiryo akhirnya terduduk lemas di lantai, aku yang belum mencapai orgasme menghampiri Pak Togar yang sedang sibuk dengan Ms. Alice di atas bangku. Kunaiki wajah Pak Togar dengan posisi berhadapan dengan Ms. Alice, sehingga lubang kemaluan dan pantatku tepat mengarah ke wajah pria itu. Tanpa kuminta aku sudah merasakan lidahnya menjilati liang kemaluanku yang basah itu dan memainkan klitorisku. Pada waktu yang sama, aku mulai menciumi Ms. Alice dan memainkan buah dadanya, begitu pula dengan Ms. Alice yang membalas ciumanku dengan ganas dan juga meremas payudaraku. Ia menjilati cipratan sperma yang membasahi wajahku itu hingga bersih. “You…naughty girl…sshh…I’ll punish you for this!” katanya sambil mendesah di dekat wajahku. Aku hanya tersenyum nakal memandangnya lalu kupagut bibirnya dan kamipun berpelukan sesama wanita dan beradu lidah.
Lima menit kemudian bibirku merayap turun ke lehernya terus dengan tujuan payudaranya. Putingnya yang coklat itu pun akhirnya kutangkap dengan mulutku dan kuemut-emut. “Uuuhh…I’m coming…yeesss…aaahh…aahh!” Ms. Alice mendesah panjang beberapa saat kemudian diiringi dengan tubuhnya yang mengejang. Ia semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak Togar hingga akhirnya kulihat tubuhnya semakin berkelejotan, ia mencengkram erat kedua lenganku menyongsong orgasme hingga melemas dalam dekapanku. “Weleh…weleh hari ini hoki banget udah dapet cewek SMA dapet gurunya lagi…mana bule pula!” sahut Kiryo berjalan menghampiri kami, “yuk sini Miss, gua pengen ngerasain memek bule nih!” Ia menarik tubuh Ms. Alice yang masih lemas pasca orgasme. Karena masih belum pulih tenaganya Ms. Alice pun tersungkur di lantai. Melihat itu, Kiryo duduk di lantai dan menaikkan tubuh guru bahasa Inggrisku itu ke pangkuannya dalam posisi berhadapan. Ia mengarahkan penisnya yang sudah keras lagi ke vagina Ms. Alice yang dengan pasrah mengikuti saja arahannya.
“Aaaahh!!” terdengar desahan lirih dari mulut wanita berambut merah itu saat ia menurunkan tubuhnya hingga vaginanya tertancap di penis Kiryo Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kiryo mulai menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas membuat Ms. Alice mendesah nikmat sambil berpelukan pada tubuh kurusnya. Penjaga sekolah bertubuh kurus itu membenamkan wajahnya pada dada Ms. Alice dan dengan bernafsu ia melumat payudaranya yang berukuran lumayan besar itu secara bergantian. “Non Lina, bapak tusuk lagi yah!” pinta Pak Togar di bawah selangkanganku, sepertinya ia sudah cukup puas melumat kewanitaanku, terlihat dari mulutnya yang sudah belepotan cairanku. Aku mengangguk saja mengiyakannya, lalu ia menyuruhku berposisi doggie di lantai. Setelah bertumpu dengan kedua lutut dan telapak tanganku, aku merasakan kepala penisnya kembali melesak masuk ke vaginaku. “Uuuhhh!” desahku lirih dengan wajah terangkat. Ia memompa tubuhku dengan penuh nafsu. Tangannya meraba dan meremas-remas payudaraku yang bergelayutan. Sambil terus memompa, tangan satunya meraih payudara Ms. Alice yang sedang bersetubuh dengan Kiryo di sebelahnya.
Tangannya yang menggerayangi payudaraku makin ganas sambil sesekali memilin-milin puting susuku. Tubuhku tersentak-sentak karena pompaan Pak Togar, kutengokkan kepalaku ke samping belakang melihat Ms. Alice sedang menaik turunkan tubuhnya di atas penis Kiryo sementara payudaranya dikenyot pria kurus itu dan payudara satunya diremas-remas Pak Togar. Ms. Alice sepertinya sudah pulih tenaga dan birahinya, terlihat dari goyangnya yang liar itu. “Ooohhh…uuhh…Lina…Lina!!” ia memanggilku di tengah desahannya “Yes Miss?” jawabku “Please…aahhh…remember…remember to keep this little secret, ok…hhhmmhh!” katanya dengan lirih. “Sure…ahhhh…I do!” jawabku menyanggupi Kami terus berpesta seks di toilet selama hingga setengah jam ke depan, aku terpaksa minta berhenti karena sudah mencapai batas staminaku sedangkan mereka masih tampak bersemangat. Untungnya ada Ms. Alice sehingga mereka mengijinkanku pulang lebih dulu. Setelah aku berpakaian Kiryo sedang menyetubuhi Ms. Alice dalam gaya doggie sementara Pak Togar di depannya menyetubuhi mulut guruku itu.
Aku berpamitan pada mereka dan keluar menutup pintu membiarkan mereka yang di dalam meneruskan kegiatan mereka berasyik masyuk. Sungguh tubuhku terasa lemas sekali, berjalan pun terasa nyeri pada vagina dan pantatku, terutama anusku yang kurasakan sakit dan sekarang terasa terbuka longgar. Demikian sekilas petualangaku dengan kedua penjaga sekolahku yang kelak terulang lagi dan lagi pada hari-hari berikutnya. Aku semakin tak dapat melepaskan diri dari kenikmatan yang mereka berikan dan menjadi budak seks mereka sampai aku lulus SMA. Aku senang karena mereka mewarnai kehidupan seks masa SMA-ku dengan variasi seks yang belum berbeda dari yang lain. Sejak saat itu jika ada kesempatan aku selalu bercinta dengan mereka. Tak jarang aku mengundang mereka ke rumahku jika keadaan sepi. Di rumah kami menikmati kepuasan mulai dari kamar tidurku, ruang tamu sampai kamar mandi. Bahkan beberapa kali aku mengajak mereka untuk pesta seks dengan teman-teman SMAku yang cantik-cantik, ya…sahabat-sahabat dekatku yang kebetulan sama-sama petualang seks. Ms. Alice, guru Bahasa Inggrisku itu, bukanlah satu-satunya orang lain yang terlibat dalam kehidupan seksku yang liar, guru les pianoku yang gadis alim itu pun juga tak terkecuali, lalu ada juga adik sepupuku dan seorang guru muda cantik di sekolahku yang ikut terseret dalam kehidupan gilaku ini. Pak Togar sesekali mengajak kenalannya yang lain untuk ikut menikmati tubuhku dan juga teman-temanku. Biasanya yang diajak adalah lelaki yang paruh baya namun staminanya bagus. Aku hanya berpesan agar mereka tidak ember membocorkan semua ini, I love my sex life!

CERITA DEWASA : " ML dengan Mama dan Tante "






Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Kisah yang akan aku tulis ini adalah kisah nyata dari pengalaman sex aku dengan mama dan tante aku.
Cerita ini dimulai ketika aku berusia 20 tahun. Saat itu tante Rina datang dan menginap selama beberapa hari di rumah karena suaminya sedang pergi keluar kota. Dia merasa sepi dan takut tinggal di rumahnya sendirian. Tante Rina berusia 32 tahun. Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat. Aku suka lihat tante Rina kalau sudah memakai celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat membentuk, merangsang. Tante Rina adalah adik kandung Papa aku.
Waktu itu hari aku tidak masuk kuliah. Aku diam di rumah bersama mama dan tante Rina. Pagi itu, jam 10, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38 tahun. Sangat cantik.
Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.
Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.
Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.
“Roy..!” panggil mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.
“Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.
Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. kontol aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.
Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.
Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.
“Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.
Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.
“Buka pakaian kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
Lalu mama menarik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.
“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.
Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke lubang memeknya.
“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.
Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.
“Enak, Roy?” tanya mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.
“Roy juga sangat sayang mama…” ujarku.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.
Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..
“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.
Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.
Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV. Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.
Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Rina.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.
Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.
“Mmhh..”
Suara tante Rina mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Rinapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. kontolku langsung tegang.
“Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.
Setiba di kamar, tante Rina dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.
“Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.
Aku segera menindih tubuh telanjang tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah dada yang satu lagi.
“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.
Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya mengangkang. memek tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Rina terutama bagian kelentitnya.
“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.
Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.
“Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.
Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.
“Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku.
Tante Rina mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan ku sodorkan kontolku ke mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari mama.
“Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.
“Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. kontolku keluar masuk memek tante Rina.
“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.
Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.
“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Roy mau keluar, Tante…” kataku.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut tante Rina. Tante Rina dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Rina.
Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.
“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.
Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.
“Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.
“Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..
Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.

Gina, cewek karoke simpenan om (part 3)

















lucunyamereka.blogspot.com

Gina, cewek karoke simpenan om (part 2)










Gina, Cewek karoke simpenan om (part 1)








lucunyamereka.blogspot.com

Siska Narsis





ABG Lucu (part 1)